Manusia dan Keadilan
A. Pengertian Keadilan
Menurut Aritoteles:kelayakan dalam tindakan manusia di
artikan titik tengah kedua ujung.Para pemikir mendefinisikan:
1. Plato ,keadilan di proyeksikan pada diri
manusia ,di katakan adil bila orang dapat mengendalikan diri dan perasaan
dengan akal.
2. Socrates memproyeksikan dalam pemerintahan.
3. Kong Hu Chu,keadilan terjadi bila anak sebagai
anak ,ayak sebagai ayah dan raja sebagai raja.masing -masing telah melaksanakan
kewajibannya.
Pendapat umum keadilan adalah pengakuan dan perlakuan
antara hak dan kewajiban
B. Keadilan Sosial
Sesuai sila ke 5 Pancasila “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” Bung Hatta dalam urainan nya sila ke 5,dalam
mewujudkan maka perlu di pupuk :
a. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan
b. Sikap adil terhadap sesama
c. Sikap suka menberi pertolongan kepada yang
membutuhkan.
d. Suka bekerja keras
e. Menghargai hasil karya orang lain
Delapan Jalur Pemerataan Pemerintah
1. Pemerataan pemenuahan kebutuhan pokok
2. Pemerataan meperoleh pendidikan dan kesehatan.
3. Pemerataanpembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam
pembangunan.
7. Pemerataan penyebaran pembengunan
8. Pemerataan memperoleh keadilan.
C. Macam-macam keadilan
1. Keadilan
legal atau keadilan moral
Menurut
plato keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum masyarakat yang membuat
dan menjaga keadilan,menurut sifat dasarnya paling cocok baginya”the behind the
gun pendapat plato itu di sebut keadilan moral.sedang Sunyoto menyebut keadilan
legal
2. Keadilan
distributive
Aristoteles
keadilan akan terlaksana bila hal sama di lakukan sama dan hal tidak sama di
lakukan tidak sama.
3. Keadilan
Komutatif
Bertujuan
memelihara ketertiban umum. Menurut Aristoteles pertalian akan hancur bila
tindakan yang ektrim yang ujungnya ketidakadilan.
D. Kejujuran
Artinya yang di katakan sesuai hati nurani, juga
berarti bersih dari perbuatan yang di larang agama. Orang jujur baik daripada
pendusta tapi pintar. Adapun kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri
sendiri berhadapan dengan hal baik dan buruk. Demi sopan santun dan pendidikan
seseorang di perbolehakn berkata tidak jujur sampai ambang batas yang di
perbolehkan.
E. Kecurangan
Artinya apa yang di ingikan tidak sesuai yang di
harapkan sehingga dia berbuat curang untuk memperoleh keuntungan. Dia senang
meskipun orang lain menderita.
Faktor orang melakukan kecurangan: Faktor Ekonomi,
Kebudayaan, Peradaban dan Teknik, Dalam buku Filsafat sana sini karangan
Pujawiyatno ada istilah jawa. Betik ketitik ala ketara” artinya baik akan
nampak dan buruk juga akan nyata. Dalam pewayangan orang yang bersifat buruk
terkalahkan dengan sikap benar.
F.Perhitungan (hisab)dan pembalasan
Beriman
kepada hari Akhir dan kejadian yang ada padanya merupakan salah satu rukun iman
yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Untuk mencapai kesempurnaan iman
terhadap hari Akhir, maka semestinya setiap muslim mengetahui peristiwa dan
tahapan yang akan dilalui manusia pada hari tersebut. Di antaranya yaitu
masalah hisab (perhitungan) yang merupakan maksud dari iman kepada hari Akhir.
Karena, pengertian dari beriman kepada hari kebangkitan adalah, beriman dengan
hari kembalinya manusia kepada Allah lalu dihisab. Sehingga hakikat iman kepada
hari kebangkitan adalah iman kepada hisab ini.
PENGERTIAN
HISAB
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ [10]” Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. [Muttafaqun ‘alaih
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ [10]” Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. [Muttafaqun ‘alaih
G. Pemulihan
nama Baik
Nama baik adalah tujuan hidup dan nama yang tidak
tercemar dan ini terkait dengan tingkah laku atau perbuatan. Dan pada
hakekatanya kodrat manusia yaitu:
1. Manusia sebenarnya mempunyai sifat tak bermoral.
2. Ada aturan yang harus di patuhi untuk mewujudkan
manusia bermoral.
Bila seseorang tercemar nama baiknya maka akan
memulihkan dengan ukuran moral/akhlak, Akhlak dari kata jamak dari khuluq
yang artinya pencipta.
Ada 3 macam godaan manusia yaitu: Wanita,
derajat/pangkat dan harta. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat dan
minta maaf.
H. Pembalasan
Yaitu suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi
berupa perbuatan serupa, atau perbuatan seimbang, misal Si A memberi minum ke
Si B , di lain hari Si B memberi makanan ke Si A, itu namanya pembalasan.
Pembalasan karena pergaulan, pergaulan yang baik akan baik pula, pergaulan
kecurigaan menimbulkan pembalasan kurang baik pula.
Komentar
Posting Komentar